majalengka terkenal dengan julukan julukan kota angin,di majalengka banyak sekali tempat wisata seperti bendungan rentang, curug maja, sadarehe, bendungan sindangpano, curug cipeuteuy, objek wisata prabu siliwangi dan masih banyak lagi tempat wisata lainnya. majalengka terdiri dari 26 kecamatan, kantor bupati majalengka terdapat di pendopo.
majalengka adalah salah satu kabupaten di jawa barat, yang beribukotakan majalengka. majalengka berbatasan dengan kabupaten indramayu di sebelah utara, kabupaten kuningan dan kabupaten cirebon di sebelah timur, kabupaten sumedang di barat, dan kabupaten tasik malaya di selatan
majalengka sedang membuat bandara internasional. majalengka dilintasi jalan provinsi yaitu cirebon-sumedang-bandung. majalengka mempunyai bupati yang bernama H. Sutrisno, SE., M.Si yang menjabat dari tahun 2008 sampai 2013 daerah utara bagian kabupaten majalengka adalah dataran rendah.
di majalengka terkenal dengan objek wisata bernama talaga herang. yaitu sebuah danau terletak di 3 desa yaitu jerukleueut,padaherang dan lengkong kulon daerah ini merupakan distrik dari rajagaluh, air di talaga herang merupakan air yang mengalir dari sungai bawah tanah dan sumber airnya berasal dari gunung Ciremai. Talaga Herang merupakan daerah di kaki gunung itu. Talaga Herang mengandung arti danau yang airnya jernih. Danau ini cukup dalam dan berbatu terjal namun airnya yang jernih membuat keindahan tersendiri. Ratusan ikan di danau ini bisa terlihat jelas. Uniknya ikan di danau ini tidak boleh diambil dan bagi mereka yang menangkapnya akan dikenai denda yang lumayan besar. Jadi jangan coba-coba menangkap ikan karena petugas objek wisata tersebut akan menangkap Anda.
viking paracis online
Friday, November 25, 2011
Friday, November 18, 2011
GLOBAL WARMING
Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.
Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh terjadinya pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrim). Kemungkinan lainnya adalah akibat terjadinya efek backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan intensitas banjir diprediksikan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai 2 juta mil persegi. Peningkatan volume air pada kawasan pesisir akan memberikan efek akumulatif apabila kenaikan muka air laut serta peningkatan frekuensi dan intensitas hujan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan.
Pola pemanfaatan ruang wilayah nasional memuat : (a) arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan kawasan lindung (termasuk kawasan rawan bencana seperti kawasan rawan gelombang pasang dan banjir) ; dan (b) arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan kawasan budidaya (hutan produksi, pertanian, pertambangan, pariwisata, permukiman, dsb). Sementara struktur pemanfaatan ruang wilayah nasional mencakup : (a) arahan pengembangan sistem permukiman nasional dan (b) arahan pengembangan sistem prasarana wilayah nasional (seperti jaringan transportasi, kelistrikan, sumber daya air, dan air baku.
Sesuai dengan dinamika pembangunan dan lingkungan strategis yang terus berubah, maka dirasakan adanya kebutuhan untuk mengkajiulang (review) materi pengaturan RTRWN (PP 47/1997) agar senantiasa dapat merespons isu-isu dan tuntutan pengembangan wilayah nasional ke depan. (mohon periksa Tabel 3 pada Lampiran). Oleh karenanya, pada saat ini Pemerintah tengah mengkajiulang RTRWN yang diselenggarakan dengan memperhatikan perubahan lingkungan strategis ataupun paradigma baru sebagai berikut :
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh ADB (1994), maka dampak kenaikan muka air laut dan banjir diperkirakan akan memberikan gangguan yang serius terhadap wilayah-wilayah seperti : Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya, dan beberapa spot pada pesisir Barat Papua
Untuk kawasan budidaya, maka perhatian yang lebih besar perlu diberikan untuk kota-kota pantai yang memiliki peran strategis bagi kawasan pesisir, yakni sebagai pusat pertumbuhan kawasan yang memberikan pelayanan ekonomi, sosial, dan pemerintahan bagi kawasan tersebut. Kota-kota pantai yang diperkirakan mengalami ancaman dari kenaikan muka air laut diantaranya adalah Lhokseumawe, Belawan, Bagansiapi-api, Batam, Kalianda, Jakarta, Tegal, Semarang, Surabaya, Singkawang, Ketapang, Makassar, Pare-Pare, Sinjai. (Selengkapnya mohon periksa Tabel 1 pada Lampiran).
Kawasan-kawasan fungsional yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan kenaikan muka air laut dan banjir meliputi 29 kawasan andalan, 11 kawasan tertentu, dan 19 kawasan tertinggal. (selengkapnya mohon periksa Tabel 2 pada Lampiran).
Perhatian khusus perlu diberikan dalam pengembangan arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan prasarana wilayah yang penting artinya bagi pengembangan perekonomian nasional, namun memiliki kerentanan terhadap dampak kenaikan muka air laut dan banjir, seperti :
Selain antisipasi yang bersifat makro-strategis diatas, diperlukan pula antisipasi dampak kenaikan muka air laut dan banjir yang bersifat mikro-operasional. Pada tataran mikro, maka pengembangan kawasan budidaya pada kawasan pesisir selayaknya dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa alternatif yang direkomendasikan oleh IPCC (1990) sebagai berikut :
Agar prinsip keterpaduan pengelolaan pembangunan kawasan pesisir benar-benar dapat diwujudkan, maka pelestarian kawasan lindung pada bagian hulu – khususnya hutan tropis - perlu pula mendapatkan perhatian. Hal ini penting agar laju pemanasan global dapat dikurangi, sekaligus mengurangi peningkatan skala dampak pada kawasan pesisir yang berada di kawasan hilir.
Intervensi kebijakan penataan ruang diatas pada dasarnya ditempuh untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut :
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.
Dampak Kenaikan Permukaan Air Laut dan Banjir terhadap Kondisi Lingkungan Bio-geofisik dan Sosial-Ekonomi Masyarakat.
Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut : (a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, (b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, (c) meluasnya intrusi air laut, (d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan (e) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil.Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh terjadinya pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrim). Kemungkinan lainnya adalah akibat terjadinya efek backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan intensitas banjir diprediksikan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai 2 juta mil persegi. Peningkatan volume air pada kawasan pesisir akan memberikan efek akumulatif apabila kenaikan muka air laut serta peningkatan frekuensi dan intensitas hujan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan.
- Kenaikan muka air laut selain mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir juga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove, yang pada saat ini saja kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove ± 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka : abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.
- Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan. Sebagai contoh, diperkirakan pada periode antara 2050 hingga 2070, maka intrusi air laut akan mencakup 50% dari luas wilayah Jakarta Utara.
- Gangguan terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang terjadi diantaranya adalah : (a) gangguan terhadap jaringan jalan lintas dan kereta api di Pantura Jawa dan Timur-Selatan Sumatera ; (b) genangan terhadap permukiman penduduk pada kota-kota pesisir yang berada pada wilayah Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya, dan beberapa spot pesisir di Papua ; (c) hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan, dan mangrove seluas 3,4 juta hektar atau setara dengan US$ 11,307 juta ; gambaran ini bahkan menjadi lebih ‘buram’ apabila dikaitkan dengan keberadaan sentra-sentra produksi pangan yang hanya berkisar 4 % saja dari keseluruhan luas wilayah nasional, dan (d) penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan, seperti di DAS Citarum, Brantas, dan Saddang yang sangat krusial bagi kelangsungan swasembada pangan di Indonesia. Adapun daerah-daerah di Indonesia yang potensial terkena dampak kenaikan muka air laut diperlihatkan pada Gambar 1 berikut.
- Terancam berkurangnya luasan kawasan pesisir dan bahkan hilangnya pulau-pulau kecil yang dapat mencapai angka 2000 hingga 4000 pulau, tergantung dari kenaikan muka air laut yang terjadi. Dengan asumsi kemunduran garis pantai sejauh 25 meter, pada akhir abad 2100 lahan pesisir yang hilang mencapai 202.500 ha.
- Bagi Indonesia, dampak kenaikan muka air laut dan banjir lebih diperparah dengan pengurangan luas hutan tropis yang cukup signifikan, baik akibat kebakaran maupun akibat penggundulan. Data yang dihimpun dari The Georgetown – International Environmental Law Review (1999) menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1997 – 1998 saja tidak kurang dari 1,7 juta hektar hutan terbakar di Sumatra dan Kalimantan akibat pengaruh El Nino. Bahkan WWF (2000) menyebutkan angka yang lebih besar, yakni antara 2 hingga 3,5 juta hektar pada periode yang sama. Apabila tidak diambil langkah-langkah yang tepat maka kerusakan hutan – khususnya yang berfungsi lindung – akan menyebabkan run-off yang besar pada kawasan hulu, meningkatkan resiko pendangkalan dan banjir pada wilayah hilir , serta memperluas kelangkaan air bersih pada jangka panjang.
Antisipasi Dampak Kenaikan Muka Air Laut dan Banjir melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Dengan memperhatikan dampak pemanasan global yang memiliki skala nasional dan dimensi waktu yang berjangka panjang, maka keberadaan RTRWN menjadi sangat penting. Secara garis besar RTRWN yang telah ditetapkan aspek legalitasnya melalui PP No.47/1997 sebagai penjabaran pasal 20 dari UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang memuat arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang negara yang memperlihatkan adanya pola dan struktur wilayah nasional yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.Pola pemanfaatan ruang wilayah nasional memuat : (a) arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan kawasan lindung (termasuk kawasan rawan bencana seperti kawasan rawan gelombang pasang dan banjir) ; dan (b) arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan kawasan budidaya (hutan produksi, pertanian, pertambangan, pariwisata, permukiman, dsb). Sementara struktur pemanfaatan ruang wilayah nasional mencakup : (a) arahan pengembangan sistem permukiman nasional dan (b) arahan pengembangan sistem prasarana wilayah nasional (seperti jaringan transportasi, kelistrikan, sumber daya air, dan air baku.
Sesuai dengan dinamika pembangunan dan lingkungan strategis yang terus berubah, maka dirasakan adanya kebutuhan untuk mengkajiulang (review) materi pengaturan RTRWN (PP 47/1997) agar senantiasa dapat merespons isu-isu dan tuntutan pengembangan wilayah nasional ke depan. (mohon periksa Tabel 3 pada Lampiran). Oleh karenanya, pada saat ini Pemerintah tengah mengkajiulang RTRWN yang diselenggarakan dengan memperhatikan perubahan lingkungan strategis ataupun paradigma baru sebagai berikut :
- globalisasi ekonomi dan implikasinya,
- otonomi daerah dan implikasinya,
- penanganan kawasan perbatasan antar negara dan sinkronisasinya,
- pengembangan kemaritiman/sumber daya kelautan,
- pengembangan kawasan tertinggal untuk pengentasan kemiskinan dan krisis ekonomi,
- daur ulang hidrologi,
- penanganan land subsidence,
- pemanfaatan jalur ALKI untuk prosperity dan security, serta
- pemanasan global dan berbagai dampaknya.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh ADB (1994), maka dampak kenaikan muka air laut dan banjir diperkirakan akan memberikan gangguan yang serius terhadap wilayah-wilayah seperti : Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya, dan beberapa spot pada pesisir Barat Papua
Untuk kawasan budidaya, maka perhatian yang lebih besar perlu diberikan untuk kota-kota pantai yang memiliki peran strategis bagi kawasan pesisir, yakni sebagai pusat pertumbuhan kawasan yang memberikan pelayanan ekonomi, sosial, dan pemerintahan bagi kawasan tersebut. Kota-kota pantai yang diperkirakan mengalami ancaman dari kenaikan muka air laut diantaranya adalah Lhokseumawe, Belawan, Bagansiapi-api, Batam, Kalianda, Jakarta, Tegal, Semarang, Surabaya, Singkawang, Ketapang, Makassar, Pare-Pare, Sinjai. (Selengkapnya mohon periksa Tabel 1 pada Lampiran).
Kawasan-kawasan fungsional yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan kenaikan muka air laut dan banjir meliputi 29 kawasan andalan, 11 kawasan tertentu, dan 19 kawasan tertinggal. (selengkapnya mohon periksa Tabel 2 pada Lampiran).
Perhatian khusus perlu diberikan dalam pengembangan arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan prasarana wilayah yang penting artinya bagi pengembangan perekonomian nasional, namun memiliki kerentanan terhadap dampak kenaikan muka air laut dan banjir, seperti :
- sebagian ruas-ruas jalan Lintas Timur Sumatera (dari Lhokseumawe hingga Bandar Lampung sepanjang ± 1600 km) dan sebagian jalan Lintas Pantura Jawa (dari Jakarta hingga Surabaya sepanjang ± 900 km) serta sebagian Lintas Tengah Sulawesi (dari Pare-pare, Makassar hingga Bulukumba sepanjang ± 250 km).
- beberapa pelabuhan strategis nasional, seperti Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Mas (Semarang), Pontianak, Tanjung Perak (Surabaya), serta pelabuhan Makassar.
- Jaringan irigasi pada wilayah sentra pangan seperti Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur dan Sulawesi bagian Selatan.
- Beberapa Bandara strategis seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, dan Semarang.
Selain antisipasi yang bersifat makro-strategis diatas, diperlukan pula antisipasi dampak kenaikan muka air laut dan banjir yang bersifat mikro-operasional. Pada tataran mikro, maka pengembangan kawasan budidaya pada kawasan pesisir selayaknya dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa alternatif yang direkomendasikan oleh IPCC (1990) sebagai berikut :
- Relokasi ; alternatif ini dikembangkan apabila dampak ekonomi dan lingkungan akibat kenaikan muka air laut dan banjir sangat besar sehingga kawasan budidaya perlu dialihkan lebih menjauh dari garis pantai. Dalam kondisi ekstrim, bahkan, perlu dipertimbangkan untuk menghindari sama sekali kawasan-kawasan yang memiliki kerentanan sangat tinggi.
- Akomodasi ; alternatif ini bersifat penyesuaian terhadap perubahan alam atau resiko dampak yang mungkin terjadi seperti reklamasi, peninggian bangunan atau perubahan agriculture menjadi budidaya air payau (aquaculture) ; area-area yang tergenangi tidak terhindarkan, namun diharapkan tidak menimbulkan ancaman yang serius bagi keselamatan jiwa, asset dan aktivitas sosial-ekonomi serta lingkungan sekitar.
- Proteksi ; alternatif ini memiliki dua kemungkinan, yakni yang bersifat hard structure seperti pembangunan penahan gelombang (breakwater) atau tanggul banjir (seawalls) dan yang bersifat soft structure seperti revegetasi mangrove atau penimbunan pasir (beach nourishment). Walaupun cenderung defensif terhadap perubahan alam, alternatif ini perlu dilakukan secara hati-hati dengan tetap mempertimbangkan proses alam yang terjadi sesuai dengan prinsip “working with nature”.
Agar prinsip keterpaduan pengelolaan pembangunan kawasan pesisir benar-benar dapat diwujudkan, maka pelestarian kawasan lindung pada bagian hulu – khususnya hutan tropis - perlu pula mendapatkan perhatian. Hal ini penting agar laju pemanasan global dapat dikurangi, sekaligus mengurangi peningkatan skala dampak pada kawasan pesisir yang berada di kawasan hilir.
Kebutuhan Intervensi Kebijakan Penataan Ruang dalam rangka Mengantisipasi Dampak Pemanasan Global terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Dalam kerangka kebijakan penataan ruang, maka RTRWN merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dapat dimanfaatkan untuk dampak pemanasan global terhadap kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Namun demikian, selain penyiapan RTRWN ditempuh pula kebijakan untuk revitalisasi dan operasionalisasi rencana tata ruang yang berorientasi kepada pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci.Intervensi kebijakan penataan ruang diatas pada dasarnya ditempuh untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut :
- Mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada kawasan pesisir, termasuk kota-kota pantai dengan segenap penghuni dan kelengkapannya (prasarana dan sarana) sehingga fungsi-fungsi kawasan dan kota sebagai sumber pangan (source of nourishment) dapat tetap berlangsung.
- Mengurangi kerentanan (vulnerability) dari kawasan pesisir dan para pemukimnya (inhabitants) dari ancaman kenaikan muka air laut, banjir, abrasi, dan ancaman alam (natural hazards) lainnya.
- Mempertahankan berlangsungnya proses ekologis esensial sebagai sistem pendukung kehidupan dan keanekaragaman hayati pada wilayah pesisir agar tetap lestari yang dicapai melalui keterpaduan pengelolaan sumber daya alam dari hulu hingga ke hilir (integrated coastal zone management).
- Untuk mendukung tercapainya upaya revitalisasi dan operasionalisasi rencana tata ruang, maka diperlukan dukungan-dukungan, seperti : (a) penyiapan Pedoman dan Norma, Standar, Prosedur dan Manual (NSPM) untuk percepatan desentralisasi bidang penataan ruang ke daerah - khususnya untuk penataan ruang dan pengelolaan sumber daya kawasan pesisir/tepi air; (b) peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia serta pemantapan format dan mekanisme kelembagaan penataan ruang, (c) sosialisasi produk-produk penataan ruang kepada masyarakat melalui public awareness campaig, (d) penyiapan dukungan sistem informasi dan database pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang memadai, serta (e) penyiapan peta-peta yang dapat digunakan sebagai alat mewujudkan keterpaduan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-kecil sekaligus menghindari terjadinya konflik lintas batas.
- Selanjutnya, untuk dapat mengelola pembangunan kawasan pesisir secara efisien dan efektif, diperlukan strategi pendayagunaan penataan ruang yang senada dengan semangat otonomi daerah yang disusun dengan memperhatikan faktor-faktor berikut :
- Keterpaduan yang bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah dalam konteks pengembangan kawasan pesisir sehingga tercipta konsistensi pengelolaan pembangunan sektor dan wilayah terhadap rencana tata ruang kawasan pesisir.
- Pendekatan bottom-up atau mengedepankan peran masyarakat (participatory planning process) dalam pelaksanaan pembangunan kawasan pesisir yang transparan dan accountable agar lebih akomodatif terhadap berbagai masukan dan aspirasi seluruh stakeholders dalam pelaksanaan pembangunan.
- Kerjasama antar wilayah (antar propinsi, kabupaten maupun kota-kota pantai, antara kawasan perkotaan dengan perdesaan, serta antara kawasan hulu dan hilir) sehingga tercipta sinergi pembangunan kawasan pesisir dengan memperhatikan inisiatif, potensi dan keunggulan lokal, sekaligus reduksi potensi konflik lintas wilayah
- Penegakan hukum yang konsisten dan konsekuen – baik PP, Keppres, maupun Perda - untuk menghindari kepentingan sepihak dan untuk terlaksananya role sharing yang ‘seimbang’ antar unsur-unsur stakeholders.
Friday, November 11, 2011
DESA PARAKAN
desa parakan terletak di antara 3 kecamatan yaitu kec.rajagaluh dan kec.leuwimunding dan juga kec.palasah. desa parakan termasuk kecamatan leuwimunding paling selatan dan juga merupakan desa perbatasan kecamatan .saya tinggal di parakan paling selatan yaitu blok kamis desa parakan.
desa parakan terkenal dengan bos bos amparan. dimana terdapat berbagai ukuran amparan di desa itu. desa parakan terkenal dengan tim sepak bola yang bernama gentha yuda yang dimana setiap pertandingan parakan lapangan selalu di penuhi penonton karena fanatisme warga parakan sangat besar
desa parakan sebagian besar bekerja sebagai pedagang yarnen yang terletak di kota indramayu. desa parakan mempunyai sawah yang sangat luas dan merupakan hasil dari warga itu.
desa parakan terkenal dengan daerah penghasil amparan-amparan dan suka di jadikan order oleh daerah lain dan tak heran orang-orang daerah lain suka membeli berbagai macam amparan ke desa parakan.
desa parakan terkenal dengan bos bos amparan. dimana terdapat berbagai ukuran amparan di desa itu. desa parakan terkenal dengan tim sepak bola yang bernama gentha yuda yang dimana setiap pertandingan parakan lapangan selalu di penuhi penonton karena fanatisme warga parakan sangat besar
desa parakan sebagian besar bekerja sebagai pedagang yarnen yang terletak di kota indramayu. desa parakan mempunyai sawah yang sangat luas dan merupakan hasil dari warga itu.
desa parakan terkenal dengan daerah penghasil amparan-amparan dan suka di jadikan order oleh daerah lain dan tak heran orang-orang daerah lain suka membeli berbagai macam amparan ke desa parakan.
Friday, November 4, 2011
SMAN 1 RAJAGALUH
SMAN 1 RAJAGALUH beralamat di jl.mutiara no.50 desa rajagaluh lor. sekolah ini mempunyai 24 kelas diantaranya 8 kelas X, 8 kelas XI (4 kelas IPS, 4 kelas IPA), dan kelas 8 kelas XII (4 kelas IPS, 4 kelas IPA). di SMAN 1 rajagaluh terdapat banyak ekstrakulikuler. dan terdapat 2 kelas SN (Standar Nasional).
Sekolah ini banyak sekali prestasinya dalam akademik maupun non akademik jadi tak heran kalau sekolah ini di segani orang-orang dan setiap tahunnya banyak sekali siswa yang mendaftar ke sekolah ini. di SMAN ini sangat memperhatikan tentang kebersihan di lingkungan sekolah dan takn heran sekolah ini di nyatakan sekolah sehat.
Di sekolah ini di ajarkan pelajaran yang di ajarkan oleh guru di sman ini sangat bermanfaat untuk kehidupan dan masa depan kita nanti. siswa di sman 1 rajagaluh banyak yang sukses dalam bidang pekerjaan.
banyak kesan di sekolah ini. contohnya kita dapat kenal dengan orang-orang yang berbeda daerahnya, di sekolah ini terdapat 900 siswa lebih karena setiap tahunnya di adakan testing untuk masuk sekolah ini dan sekitar 300 lebih yang hanya bisa masuk sman ini sedangkan yang mendaptar hampir 800 lebih.
Sekolah ini banyak sekali prestasinya dalam akademik maupun non akademik jadi tak heran kalau sekolah ini di segani orang-orang dan setiap tahunnya banyak sekali siswa yang mendaftar ke sekolah ini. di SMAN ini sangat memperhatikan tentang kebersihan di lingkungan sekolah dan takn heran sekolah ini di nyatakan sekolah sehat.
Di sekolah ini di ajarkan pelajaran yang di ajarkan oleh guru di sman ini sangat bermanfaat untuk kehidupan dan masa depan kita nanti. siswa di sman 1 rajagaluh banyak yang sukses dalam bidang pekerjaan.
banyak kesan di sekolah ini. contohnya kita dapat kenal dengan orang-orang yang berbeda daerahnya, di sekolah ini terdapat 900 siswa lebih karena setiap tahunnya di adakan testing untuk masuk sekolah ini dan sekitar 300 lebih yang hanya bisa masuk sman ini sedangkan yang mendaptar hampir 800 lebih.
Thursday, October 6, 2011
Persib masih buta kekuatan lawan
INILAH.COM, Bandung - Jelang laga pembuka Kompetisi Liga Prima 2011/2012, pelatih Persib Bandung Drago Mamic mengaku buta kekuatan calon lawan perdananya, Semen Padang atau Sriwijaya FC.
Karena itu, pelatih yang baru pertama kali berkiprah di kompetisi kasta tertinggi Indonesia tersebut akan melihat rekaman pertandingan Semen Padang dan Sriwijaya FC musim lalu.
"Sedikitpun saya tidak tahu seperti apa kekuatan Semen Padang musim ini, tapi saya bisa lihat rekaman pertandingan mereka di musim lalu," kata Mamic usai memimpin latihan di Stadion Siliwangi Kota Bandung, Rabu (5/10/2011).
Mamic menyadari, kendati melihat dan mempelajari rekaman video, namun cara tersebut bukanlah acuan satu-satunya untuk mengetahui peta kekuatan calon lawan Maung Bandung. Sebab Mamic yakin kekuatan kedua tim tersebut musim ini pasti berbeda dengan musim lalu.
Seluruh tim termasuk Semen Padang, kata Mamic, sudah melakukan beberapa perubahan dan penambahan pemain.
"Semen Padang musim ini pasti sudah berubah, begitupun Persib dan tim lainnya. Tapi saya harus mencari tahu siapa saja pemain yang ada di Semen Padang musim ini, dan seperti apa mereka bermain. Ini penting untuk saya ketahui," jelasnya.
Namun untuk Sriwijaya FC, Mamic mengaku pernah melihat permainan mereka di turnamen pramusim beberapa waktu lalu saat melawan Deltras Sidoarjo.
"Saya sudah lihat permainan Sriwijaya. Mereka memiliki kekuatan dan gaya permainan yang cukup bagus dan ada beberapa pemainan yang harus diwaspadai. Tapi saya yakin Persib siap menghadapinya," pungkasnya.
Sebelumnya Wakil Ketua Komite Kompetisi PSSI Toni Apriliani mengungkapkan, hampir bisa dipastikan Persib akan menjalani laga pembuka Liga Prima musim depan pada 15 Oktober mendatang. Tim yang akan dihadapi, kemungkinan adalah Semen Padang atau Sriwijaya FC.[hol/yob]
sumber : www.bola.inilah.com
Karena itu, pelatih yang baru pertama kali berkiprah di kompetisi kasta tertinggi Indonesia tersebut akan melihat rekaman pertandingan Semen Padang dan Sriwijaya FC musim lalu.
"Sedikitpun saya tidak tahu seperti apa kekuatan Semen Padang musim ini, tapi saya bisa lihat rekaman pertandingan mereka di musim lalu," kata Mamic usai memimpin latihan di Stadion Siliwangi Kota Bandung, Rabu (5/10/2011).
Mamic menyadari, kendati melihat dan mempelajari rekaman video, namun cara tersebut bukanlah acuan satu-satunya untuk mengetahui peta kekuatan calon lawan Maung Bandung. Sebab Mamic yakin kekuatan kedua tim tersebut musim ini pasti berbeda dengan musim lalu.
Seluruh tim termasuk Semen Padang, kata Mamic, sudah melakukan beberapa perubahan dan penambahan pemain.
"Semen Padang musim ini pasti sudah berubah, begitupun Persib dan tim lainnya. Tapi saya harus mencari tahu siapa saja pemain yang ada di Semen Padang musim ini, dan seperti apa mereka bermain. Ini penting untuk saya ketahui," jelasnya.
Namun untuk Sriwijaya FC, Mamic mengaku pernah melihat permainan mereka di turnamen pramusim beberapa waktu lalu saat melawan Deltras Sidoarjo.
"Saya sudah lihat permainan Sriwijaya. Mereka memiliki kekuatan dan gaya permainan yang cukup bagus dan ada beberapa pemainan yang harus diwaspadai. Tapi saya yakin Persib siap menghadapinya," pungkasnya.
Sebelumnya Wakil Ketua Komite Kompetisi PSSI Toni Apriliani mengungkapkan, hampir bisa dipastikan Persib akan menjalani laga pembuka Liga Prima musim depan pada 15 Oktober mendatang. Tim yang akan dihadapi, kemungkinan adalah Semen Padang atau Sriwijaya FC.[hol/yob]
sumber : www.bola.inilah.com
Wednesday, October 5, 2011
selamat datang
selamat datang dulur-dulur semua!!!!!!
ini postingan pertama say(admin)
gak akan bicara panjang lebar karena postingan kali ini sekedar pengenalan saja dan sekedar ucapan "selamat datang"
ohh iya, jangan lupa, gabung jadi member blog ini
JAYALAH PERSIB-KU
ini postingan pertama say(admin)
gak akan bicara panjang lebar karena postingan kali ini sekedar pengenalan saja dan sekedar ucapan "selamat datang"
ohh iya, jangan lupa, gabung jadi member blog ini
JAYALAH PERSIB-KU
Subscribe to:
Posts (Atom)